PANJAT TEBING AKTIVITAS BERESIKO
TINGGI, GUNAKAN PROSEDUR DENGAN BENAR/ DIDAMPINGI INSTRUKTUR BERPENGALAMAN.
Tulisan itu seakan menyambut semua pemanjat yang akan melakukan aktivitas
panjat tebing di Tebing Citatah 125 di daerah Padalarang, Jawa Barat. Himbauan
ini menjelaskan bahwa panjat tebing adalah olahraga penuh resiko. Fisik yang
mumpuni belum tentu menjamin keselamatan dari para pemanjat. Ilmu dan
pengetahuan serta pelaksanaan safety
procedure yang maksimal menjadi pengurang resiko pada olahraga panjat
tebing.
Dalam silabus pendidikan
mahasiswa pecinta alam (mapala), siswa pecinta alam (sispala), OPA (Organisasi
Pecinta Alam) dan Organisasi/federasi panjat tebing biasanya sudah memberikan
penjelasan apa saja mengenai safety
procedure dalam olahraga panjat tebing ini. Tulisan ini akan mencoba
merangkum hal mengenai safety procedure atau
prosedur keamanan dalam olahraga panjat tebing.
1.
Mengenal Alat
Alat adalah
penunjang utama dalam kegiatan ini. Pengetahuan tentang fungsi, cara penggunaannya, dan perawatannya memberikan kepercayaan diri yang lebih dan
mengerti segala antisipasi yang mungkin terjadi saat pemanjatan. Pengetahuan
tentang fungsi misalnya, dapat bermanfaat apabila kita terdapat masalah dalam
pemanjatan, kita tahu alat apa yang akan kita gunakan untuk membantu.
Kemudian, cara
menggunakan alat tersebut juga mempengaruhi keselamatan pemanjat dalam
pemanjatannya. Misal, perhatikan pada saat memakai carabiner screw. Jangan lupa untuk mengunci carabiner saat digunakan. Memperhatikan penggunaan tali agar tidak
membuat friksi atau gesekan. Kemudian
bagaimana memasang figure of eight,
harnest, phyton, friend, dsb juga harus dikuasai.
Perawatan alat
juga menjadi barang wajib yang harus dilakukan bagi para pemanjat. Usahakan
peralatan yang terbuat dari bahan alloy
seperti carabiner, figure of eight,
friend, dll jangan sampai terjatuh atau berbenturan. Alat yang terjatuh
dikhawatirkan mengalami keretakan. Baik terlihat maupun tidak terlihat,
keretakan tersebut dapat menyebabkan pecahnya alat sehingga berbahaya bagi
pemanjatan. Alat lain seperti tali juga harus diperhatikan secara serius dalam perawatannya. Usahakan agar pada saat digunakan, tali tidak terjadi friksi baik
untuk dibuat simpul, maupun gesekan dengan batu tebing. Serta jangan lupa untuk
membersihkan alat setelah digunakan.
2.
Gunakan alat alat standar keamanan
Alat standar pemanjatan, antara lain helm, cowstail, dan sepatu panjat. Helm dapat melindungi kita dari
runtuhan batu yang tiba-tiba jatuh dari atas. Cowstail dapat membantu untuk beristirahat dan sebagai pengaman
dalam pemanjatan. Kemudian sepatu panjat dapat melindungi kaki dari batu tajam
yang digunakan sebagai pijakan, serta memudahkan pemanjat untuk mencari
tumpuan.
3.
Konsentrasi penuh
Saat melakukan pemanjatan, usahakan agar fokus sepenuhnya pada kegiatan
pemanjatan. Pemanjat (climber) dan belayer harus saling koordinasi dan
konsentrasi. Pemanjat yang lengah dalam fokusnya, dapat membahayakan dirinya
sendiri. Dan belayer sebagai mitra
dalam pemanjatan, apabila tidak fokus dalam menjalankan tugasnya, dapat
membahayakan jiwa pemanjat.
4.
Menggunakan anchor
atau pengaman ganda
Pengaman dalam kegiatan panjat tebing, dalam beberapa SOP (Standard Operation Procedure) biasanya
menghimbau untuk menggunakan 3 pengaman. Pengaman tersebut dalam fungsinya
adalah sebagai back up atau support apabila pengaman utama terlepas.
5.
Pemilihan jalur pemanjatan
Jalur yang akan dilewati oleh pemanjat merupakan hasil
diskusi dengan tim. Pemilihan jalur yang akan digunakan dipertimbangkan dari
unsur kesulitan, tantangan, dan kemampuan yang dimiliki. Selain hal tersebut,
kelayakan jalur juga menjadi perhatian terutama jalur yang dimungkinkan terjadi
longsor atau reruntuhan batu.
6.
Perhatikan pengambilan point
Batu yang menjorok keluar, cekungan, retakan, atau
cacat pada batu yang kita gunakan sebagai pegangan, pijakan atau point haruslah kita perhatikan cara
memegang atau mengambilnya. Beberapa kecelakaan pada saat pemanjatan terjadi
karena salah cara mengambil atau memegang pegangan tersebut. Sebagai contoh,
ada cacat pada batu berupa lubang yang dapat kita manfaatkan untuk membantu
pemanjatan. Lubang yang hanya muat untuk satu jari saja. Ada korban yang
memanfaatkan lubang tersebut untuk naik dengan memasukkan jarinya hingga hampir
satu jarinya masuk semua ke dalam lubang tersebut. Saat tangan yang lain akan
mengambil point yang baru, tiba tiba pemanjat tersebut jatuh dan karena jari
yang dimasukkan secara keseluruhan ke dalam lubang tadi sulit terlepas, dan
ditambah dengan beban dari seorang pemanjat yang cukup berat, jari tersebut
dapat putus atau patah. Hal demikianlah yang harus menjadikan pemanjat fokus
dan perhatian dengan pijakan atau pegangan yang akan diambil.
7.
Uji kelayakan pengaman
Pemanjat pertama sebagai leader dalam pemanjatan, dalam memasang pengaman
(khususnya pengaman sisip) hendaknya menguji kelayakan atau kekuatan dari
pengaman yang dipasangnya. Cara yang sederhana adalah setelah memasang pengaman
tersebut, tarik dengan menggunakan tenaga yang menghentak. Hal ini untuk
memastikan kekuatan pengaman apabila pemanjat terjatuh, pengaman tidak
terlepas.
Demikian beberapa tips safety
procedure dalam olahraga panjat tebing. Olahraga panjat tebing dengan
segala resikonya mewajibkan kita untuk selalu memperhatikan segala sesuatu dari
mulai persiapan hingga akhir pemanjatan. Safety
procedure adalah sebagai pengurang resiko dari semua kemungkinan yang
mungkin bisa terjadi selama pemanjatan. Fisik yang mumpuni, pengalaman,
pengetahuan, dan keyakinan membantu kelancaran dalam berkegiatan. Selalu lapar
akan ilmu dan terus mencari tahu informasi mengenai olahraga ini dapat menambah
khasanah kita yang mungkin dapat ditemui di kemudian hari.
Tetap semangat untuk berkegiatan alam bebas khususnya olahraga panjat
tebing.
Tegak
lurus dengan langit! Salam Keterjalan!
Abud
P.VI.008.049.PR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar