Rabu, 25 Desember 2013

Safety Procedure dalam Panjat Tebing


PANJAT TEBING AKTIVITAS BERESIKO TINGGI, GUNAKAN PROSEDUR DENGAN BENAR/ DIDAMPINGI INSTRUKTUR BERPENGALAMAN. Tulisan itu seakan menyambut semua pemanjat yang akan melakukan aktivitas panjat tebing di Tebing Citatah 125 di daerah Padalarang, Jawa Barat. Himbauan ini menjelaskan bahwa panjat tebing adalah olahraga penuh resiko. Fisik yang mumpuni belum tentu menjamin keselamatan dari para pemanjat. Ilmu dan pengetahuan serta pelaksanaan safety procedure yang maksimal menjadi pengurang resiko pada olahraga panjat tebing.

Dalam silabus pendidikan mahasiswa pecinta alam (mapala), siswa pecinta alam (sispala), OPA (Organisasi Pecinta Alam) dan Organisasi/federasi panjat tebing biasanya sudah memberikan penjelasan apa saja mengenai safety procedure dalam olahraga panjat tebing ini. Tulisan ini akan mencoba merangkum hal mengenai safety procedure atau prosedur keamanan dalam olahraga panjat tebing.

1.       Mengenal Alat
          Alat adalah penunjang utama dalam kegiatan ini. Pengetahuan tentang fungsi, cara            penggunaannya, dan perawatannya memberikan kepercayaan diri yang lebih dan mengerti segala    antisipasi yang mungkin terjadi saat pemanjatan. Pengetahuan tentang fungsi misalnya, dapat    bermanfaat apabila kita terdapat masalah dalam pemanjatan, kita tahu alat apa yang akan kita  gunakan untuk membantu.
          Kemudian, cara menggunakan alat tersebut juga mempengaruhi keselamatan pemanjat  dalam pemanjatannya. Misal, perhatikan pada saat memakai carabiner screw. Jangan lupa untuk  mengunci carabiner saat digunakan. Memperhatikan penggunaan tali agar tidak membuat friksi atau  gesekan. Kemudian bagaimana memasang figure of eight, harnest, phyton, friend, dsb juga harus  dikuasai.
        Perawatan alat juga menjadi barang wajib yang harus dilakukan bagi para pemanjat.  Usahakan peralatan yang terbuat dari bahan alloy seperti carabiner, figure of eight, friend, dll  jangan sampai terjatuh atau berbenturan. Alat yang terjatuh dikhawatirkan mengalami keretakan. Baik  terlihat maupun tidak terlihat, keretakan tersebut dapat menyebabkan pecahnya alat sehingga  berbahaya bagi pemanjatan. Alat lain seperti tali juga harus diperhatikan secara serius dalam  perawatannya. Usahakan agar pada saat digunakan, tali tidak terjadi friksi baik untuk dibuat simpul,  maupun gesekan dengan batu tebing. Serta jangan lupa untuk membersihkan alat setelah digunakan.


2.       Gunakan alat alat standar keamanan

          Alat standar pemanjatan, antara lain helm, cowstail, dan sepatu panjat. Helm dapat melindungi kita dari runtuhan batu yang tiba-tiba jatuh dari atas. Cowstail dapat membantu untuk beristirahat dan sebagai pengaman dalam pemanjatan. Kemudian sepatu panjat dapat melindungi kaki dari batu tajam yang digunakan sebagai pijakan, serta memudahkan pemanjat untuk mencari tumpuan.

3.       Konsentrasi penuh

        Saat melakukan pemanjatan, usahakan agar fokus sepenuhnya pada kegiatan pemanjatan. Pemanjat (climber) dan belayer harus saling koordinasi dan konsentrasi. Pemanjat yang lengah dalam fokusnya, dapat membahayakan dirinya sendiri. Dan belayer sebagai mitra dalam pemanjatan, apabila tidak fokus dalam menjalankan tugasnya, dapat membahayakan jiwa pemanjat.

4.       Menggunakan anchor atau pengaman ganda

       Pengaman dalam kegiatan panjat tebing, dalam beberapa SOP (Standard Operation Procedure) biasanya menghimbau untuk menggunakan 3 pengaman. Pengaman tersebut dalam fungsinya adalah sebagai back up atau support apabila pengaman utama terlepas.

5.       Pemilihan jalur pemanjatan

Jalur yang akan dilewati oleh pemanjat merupakan hasil diskusi dengan tim. Pemilihan jalur yang akan digunakan dipertimbangkan dari unsur kesulitan, tantangan, dan kemampuan yang dimiliki. Selain hal tersebut, kelayakan jalur juga menjadi perhatian terutama jalur yang dimungkinkan terjadi longsor atau reruntuhan batu.

6.       Perhatikan pengambilan point

Batu yang menjorok keluar, cekungan, retakan, atau cacat pada batu yang kita gunakan sebagai pegangan, pijakan atau point haruslah kita perhatikan cara memegang atau mengambilnya. Beberapa kecelakaan pada saat pemanjatan terjadi karena salah cara mengambil atau memegang pegangan tersebut. Sebagai contoh, ada cacat pada batu berupa lubang yang dapat kita manfaatkan untuk membantu pemanjatan. Lubang yang hanya muat untuk satu jari saja. Ada korban yang memanfaatkan lubang tersebut untuk naik dengan memasukkan jarinya hingga hampir satu jarinya masuk semua ke dalam lubang tersebut. Saat tangan yang lain akan mengambil point yang baru, tiba tiba pemanjat tersebut jatuh dan karena jari yang dimasukkan secara keseluruhan ke dalam lubang tadi sulit terlepas, dan ditambah dengan beban dari seorang pemanjat yang cukup berat, jari tersebut dapat putus atau patah. Hal demikianlah yang harus menjadikan pemanjat fokus dan perhatian dengan pijakan atau pegangan yang akan diambil.

7.       Uji kelayakan pengaman

       Pemanjat pertama sebagai leader dalam pemanjatan, dalam memasang pengaman (khususnya pengaman sisip) hendaknya menguji kelayakan atau kekuatan dari pengaman yang dipasangnya. Cara yang sederhana adalah setelah memasang pengaman tersebut, tarik dengan menggunakan tenaga yang menghentak. Hal ini untuk memastikan kekuatan pengaman apabila pemanjat terjatuh, pengaman tidak terlepas.

       Demikian beberapa tips safety procedure dalam olahraga panjat tebing. Olahraga panjat tebing dengan segala resikonya mewajibkan kita untuk selalu memperhatikan segala sesuatu dari mulai persiapan hingga akhir pemanjatan. Safety procedure adalah sebagai pengurang resiko dari semua kemungkinan yang mungkin bisa terjadi selama pemanjatan. Fisik yang mumpuni, pengalaman, pengetahuan, dan keyakinan membantu kelancaran dalam berkegiatan. Selalu lapar akan ilmu dan terus mencari tahu informasi mengenai olahraga ini dapat menambah khasanah kita yang mungkin dapat ditemui di kemudian hari.
Tetap semangat untuk berkegiatan alam bebas khususnya olahraga panjat tebing.

Tegak lurus dengan langit! Salam Keterjalan!


Abud
P.VI.008.049.PR

Pages