Rabu, 25 Desember 2013

Safety Procedure dalam Panjat Tebing


PANJAT TEBING AKTIVITAS BERESIKO TINGGI, GUNAKAN PROSEDUR DENGAN BENAR/ DIDAMPINGI INSTRUKTUR BERPENGALAMAN. Tulisan itu seakan menyambut semua pemanjat yang akan melakukan aktivitas panjat tebing di Tebing Citatah 125 di daerah Padalarang, Jawa Barat. Himbauan ini menjelaskan bahwa panjat tebing adalah olahraga penuh resiko. Fisik yang mumpuni belum tentu menjamin keselamatan dari para pemanjat. Ilmu dan pengetahuan serta pelaksanaan safety procedure yang maksimal menjadi pengurang resiko pada olahraga panjat tebing.

Dalam silabus pendidikan mahasiswa pecinta alam (mapala), siswa pecinta alam (sispala), OPA (Organisasi Pecinta Alam) dan Organisasi/federasi panjat tebing biasanya sudah memberikan penjelasan apa saja mengenai safety procedure dalam olahraga panjat tebing ini. Tulisan ini akan mencoba merangkum hal mengenai safety procedure atau prosedur keamanan dalam olahraga panjat tebing.

1.       Mengenal Alat
          Alat adalah penunjang utama dalam kegiatan ini. Pengetahuan tentang fungsi, cara            penggunaannya, dan perawatannya memberikan kepercayaan diri yang lebih dan mengerti segala    antisipasi yang mungkin terjadi saat pemanjatan. Pengetahuan tentang fungsi misalnya, dapat    bermanfaat apabila kita terdapat masalah dalam pemanjatan, kita tahu alat apa yang akan kita  gunakan untuk membantu.
          Kemudian, cara menggunakan alat tersebut juga mempengaruhi keselamatan pemanjat  dalam pemanjatannya. Misal, perhatikan pada saat memakai carabiner screw. Jangan lupa untuk  mengunci carabiner saat digunakan. Memperhatikan penggunaan tali agar tidak membuat friksi atau  gesekan. Kemudian bagaimana memasang figure of eight, harnest, phyton, friend, dsb juga harus  dikuasai.
        Perawatan alat juga menjadi barang wajib yang harus dilakukan bagi para pemanjat.  Usahakan peralatan yang terbuat dari bahan alloy seperti carabiner, figure of eight, friend, dll  jangan sampai terjatuh atau berbenturan. Alat yang terjatuh dikhawatirkan mengalami keretakan. Baik  terlihat maupun tidak terlihat, keretakan tersebut dapat menyebabkan pecahnya alat sehingga  berbahaya bagi pemanjatan. Alat lain seperti tali juga harus diperhatikan secara serius dalam  perawatannya. Usahakan agar pada saat digunakan, tali tidak terjadi friksi baik untuk dibuat simpul,  maupun gesekan dengan batu tebing. Serta jangan lupa untuk membersihkan alat setelah digunakan.


2.       Gunakan alat alat standar keamanan

          Alat standar pemanjatan, antara lain helm, cowstail, dan sepatu panjat. Helm dapat melindungi kita dari runtuhan batu yang tiba-tiba jatuh dari atas. Cowstail dapat membantu untuk beristirahat dan sebagai pengaman dalam pemanjatan. Kemudian sepatu panjat dapat melindungi kaki dari batu tajam yang digunakan sebagai pijakan, serta memudahkan pemanjat untuk mencari tumpuan.

3.       Konsentrasi penuh

        Saat melakukan pemanjatan, usahakan agar fokus sepenuhnya pada kegiatan pemanjatan. Pemanjat (climber) dan belayer harus saling koordinasi dan konsentrasi. Pemanjat yang lengah dalam fokusnya, dapat membahayakan dirinya sendiri. Dan belayer sebagai mitra dalam pemanjatan, apabila tidak fokus dalam menjalankan tugasnya, dapat membahayakan jiwa pemanjat.

4.       Menggunakan anchor atau pengaman ganda

       Pengaman dalam kegiatan panjat tebing, dalam beberapa SOP (Standard Operation Procedure) biasanya menghimbau untuk menggunakan 3 pengaman. Pengaman tersebut dalam fungsinya adalah sebagai back up atau support apabila pengaman utama terlepas.

5.       Pemilihan jalur pemanjatan

Jalur yang akan dilewati oleh pemanjat merupakan hasil diskusi dengan tim. Pemilihan jalur yang akan digunakan dipertimbangkan dari unsur kesulitan, tantangan, dan kemampuan yang dimiliki. Selain hal tersebut, kelayakan jalur juga menjadi perhatian terutama jalur yang dimungkinkan terjadi longsor atau reruntuhan batu.

6.       Perhatikan pengambilan point

Batu yang menjorok keluar, cekungan, retakan, atau cacat pada batu yang kita gunakan sebagai pegangan, pijakan atau point haruslah kita perhatikan cara memegang atau mengambilnya. Beberapa kecelakaan pada saat pemanjatan terjadi karena salah cara mengambil atau memegang pegangan tersebut. Sebagai contoh, ada cacat pada batu berupa lubang yang dapat kita manfaatkan untuk membantu pemanjatan. Lubang yang hanya muat untuk satu jari saja. Ada korban yang memanfaatkan lubang tersebut untuk naik dengan memasukkan jarinya hingga hampir satu jarinya masuk semua ke dalam lubang tersebut. Saat tangan yang lain akan mengambil point yang baru, tiba tiba pemanjat tersebut jatuh dan karena jari yang dimasukkan secara keseluruhan ke dalam lubang tadi sulit terlepas, dan ditambah dengan beban dari seorang pemanjat yang cukup berat, jari tersebut dapat putus atau patah. Hal demikianlah yang harus menjadikan pemanjat fokus dan perhatian dengan pijakan atau pegangan yang akan diambil.

7.       Uji kelayakan pengaman

       Pemanjat pertama sebagai leader dalam pemanjatan, dalam memasang pengaman (khususnya pengaman sisip) hendaknya menguji kelayakan atau kekuatan dari pengaman yang dipasangnya. Cara yang sederhana adalah setelah memasang pengaman tersebut, tarik dengan menggunakan tenaga yang menghentak. Hal ini untuk memastikan kekuatan pengaman apabila pemanjat terjatuh, pengaman tidak terlepas.

       Demikian beberapa tips safety procedure dalam olahraga panjat tebing. Olahraga panjat tebing dengan segala resikonya mewajibkan kita untuk selalu memperhatikan segala sesuatu dari mulai persiapan hingga akhir pemanjatan. Safety procedure adalah sebagai pengurang resiko dari semua kemungkinan yang mungkin bisa terjadi selama pemanjatan. Fisik yang mumpuni, pengalaman, pengetahuan, dan keyakinan membantu kelancaran dalam berkegiatan. Selalu lapar akan ilmu dan terus mencari tahu informasi mengenai olahraga ini dapat menambah khasanah kita yang mungkin dapat ditemui di kemudian hari.
Tetap semangat untuk berkegiatan alam bebas khususnya olahraga panjat tebing.

Tegak lurus dengan langit! Salam Keterjalan!


Abud
P.VI.008.049.PR

Senin, 25 November 2013

Pengembaraan Gunung Butak ( 2.868 mdpl )

Gunung Butak ( 2868 mdpl )


Informasi Fisik Gunung Butak

-       Luas kawasan Gunung Butak :
Gunung Butak terletak di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Butak terletak berdekatan dengan Gunung Kawi. Tidak diketemukan catatan sejarah atas erupsi dari Gunung Butak sampai saat ini. Gunung ini berada pada posisi 7°55′S 112°27′E / 7.92°LS 112.45°BT dengan ketinggial 2.868 mdpl (9,409 ft)

-       Tipe gunung api :
Gunung Butak adalah Gunung Stratovolcano. Stratovolcano ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengera. Stratovolcano memiliki kemiringan yang curam pada bagian puncak dan kemiringan yang lebih landai pada bagian kaki, sehingga sisi-sisinya seperti dua bidang konkaf (cekung) yang menghadap ke atas.

-          Topografi:
Dilihat berdasarkan topografinya Gunung Butak keseluruhan memiliki konfigurasi lahan bervariasi antara lain sedikit datar dan luas ,kebanyakkan jalur pendakiannya terjal dan melewati kebun teh.

-          Iklim:
Gunung Butak termasuk gunung dengan tipe iklim C dan D dengan suhu kurang lebih 5˚C - 10˚C pada malam hari. Sedangkan pada pagi hari hingga siang harinya suhu berkisar antara maximum 15˚C.

-          Tipe Hutan:
Gunung Butak merupakan hutan hujan tropis dan hutan lumut.

Biofisik Kawasan
                  Gunung Butak termasuk dalam wilayah administrastif kabupaten Blitar dan Malang. Gunung Butak merupakan gunung stratovolcano yang diapit oleh Gunung Kelud di bagian barat dan Gunung Arjuna dibagian timur.

Perjalanan
Untuk mendaki Gunung Butak pendaki dapat melalui berbagai jalur berikut , yaitu :
- Via jalur desa Semen – Gandusari – Blitar ( via Sirah-Kencong),
- Via jalur gunung Kawi Kepanjen,
- Via jalur Desa Gadingkulon - Dau - Malang,
- Via dari bukit Panderman Batu - Malang
Jalur yang kami gunakan pada pendakian di Gunung Butak ini adalah jalur Sirah-Kencong yang merupakan jalur resmi. Surat izin pendakian didapat dari PTPN setelah mendapat persetujuan dari Polsek Wlingi.
Pencapaian Puncak Gunung Butak
Adapun daerah-daerah yang akan dilalui untuk mencapai puncak Gunung Butak, yaitu:
1. Pos 1
Di pos 1 merupakan tempat yang datar dan luas dan merupakan hutan hujan tropis
2. Pos 2
Pos 2 juga masih berupa hutan hujan tropis tapi tidak selebat pada pos 1, pos ini kondisi tanahnya miring dan tidak terlalu lebar
3. Pos 3
Berikutnya pos 3. Jarak pos 2-3 merupakan jarak yang terdekat, kondisinya tidak terlalu jauh beda dengan pos 2, cuman hutannya mulai didominasi oleh pohon-pohon tinggi yang sudah kering
4. Pos 4
Hutannya mulai didominasi oleh pohon-pohon tinggi yang sudah kering
5. Pos 5
Setelah melewat pos 4 kita akan memasuki hutan lumut di mana tumbuhan-tumbuhan di hutan ini rata-rata ditempeli lumut-lumut sesuai dengan namanya.
6. Puncak
Jarak dari pos 5 sampai puncak hanya sekitar 15 menit.

Vegetasi
Hasil penelitian kami selama perjalanan, kami menemukan berbagai jenis vegetasi yang ada di gunung Butak khususnya dijalur Sirah-Kencong dimana pada awalnya tidak ada informasi mengenai vegetasi alam yang ada pada gunung tersebut dan kami mengklasifikannya mengacu pada pendapat Junghuhn, yaitu vegetasi  jalur Sirah-Kencong Gunung Butak berdasarkan ketinggian : 14­­00 – 1500 mdpl, 1500 – 2500 mdpl, 2500 – 2868 mdpl. Dan di dapat 17 sample tumbuhan, sebagai berikut :

  • Ketinggian 1400 – 1500 mdpl

1. Kecubung Gunung (Brugmansia Suaveolens)
2. Paku (Diplazium esculentum)
3. Pisang Batu (Musa acuminate)
4. Mlandingan Gunung (Paraserianthes lophantha)

  • Ketinggian 1500 – 2500 mdpl

1. Alang-alang (Imperata cylindrical)
2. Cantigi (Vaccinium Faringiaefolium)
3. Congkok (Curculigo sp)
4. Timun Hutan (Trichosanthes cucumeroides maxim)
5. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
6. Wali Songo (Schefflera sp.)
7. Kirinyuh (Eupatorium inulifolium Kunth)

  • Ketinggian 2500 – 2868 mdpl

1. Cemara (Casuarina junghuniana)
2. Edelweiss (Anaphalis Javanica)
3. Semanggi Gunung (Marsilea crenata Presl)
4. Ageratina riparia
5. Arbei Gunung (Rubus Lineatus)
6. Daun Rusa (Justicia Gendarussa)


Peta Jalur Gunung Butak



Keterangan :
Koordinat :
1.      Pos
·         Pos 1 : 7°57’32,43” LS – 112°26’38,91” BT
·         Pos 2 : 7°57’22,07” LS – 112°27’05,67” BT
·         Pos 3 : 7°57’20,67” LS – 112°27’15,40” BT
·         Pos 4 : 7°57’17,02” LS – 112°27’23,51” BT
·         Pos 5 : 7°57’10,13” LS – 112°27’42,56” BT
2.      Kilometer Penelitian
·         Km 0 : 7°57’10,13” LS – 112°26’02,43” BT
·         Km 1 : 7°57’04,45” LS – 112°26’28,78” BT
·         Km 2 : 7°57’23,91” LS – 112°26’57,16” BT
·         Km 3 : 7°57’15,90” LS – 112°27’17,83” BT
·         Km 4 : 7°57’14,59” LS – 112°27’43,47” BT
3.      Kemah
·         Kemah 1 : 7°57’34,08” LS – 112°26’32,43” BT


·         Kemah 2 : 7°57’10,94” LS – 112°27’57,56” BT

       Jalur :
·         Hitam : Titik awal perjalanan (Perkebunan Teh Sirah Kencong).
·         Hijau : Zona Sedang (1400 – 1500 mdpl).
·         Kuning : Zona Sejuk (1500 – 2500 mdpl).
·         Merah : Zona Dingin (2500 – 2868 mdpl).

Titik penting :
·         Abu-abu : Kilometer penelitian (4 titik).
·         Biru tua : Pos pendakian Gunung Butak via Sirahkencong.
·         Merah muda : Tempat kemah tim penelitian.
·         Biru muda : Lokasi sumber air.

Output Penelitian :
Menambah kepustakaan informasi di Wikipedia mengenai jalur Sirah-Kencong Gunung Butak.

Jumat, 28 Juni 2013

CATATAN PERJALANAN INDONESIA VOLCANO CHALLENGE 2013

         Juni, tepatnya tanggal 1-2 kemarin Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) menyelenggarakan event Internasional bertajuk Indonesia Volcano Challenge 2013, yang merupakan event pertama di Indonesia. Event tersebut meliputi lomba Mountaineering Skill, Duathlon race, dan Trail Running. Event akbar ini di selenggarakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango(TNGGP).
           Perimatrik IMTelkom turut berpartisipasi dalam event tersebut dan mendaftar sebagai peserta Trail running 15km dengan berjumlah 4 orang anggota mudanya yaitu Afin Nuari(AMP.8.01.BJ), Faishal Nuruz Zuhri(AMP.8.07.BJ), Agung Tri Yuono(AMP.8.03.BJ) dan Fidocia Wima A(AMP.8.05.BJ). 
            Sekitar 2 bulan sebelum event dimulai, kami ber-4 melakukan latihan-latihan rutin. Meliputi lari setiap sore setelah kuliah, dan pagi hari apabila kuliah sedang libur. Lari setiap hari adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk melatih fisik(kaki), juga untuk meningkatkan VO2Max(daya tampung oksigen dalam tubuh). Kami juga melakukan survey lokasi dan mencoba latihan lari di Gunung Gede jalur Cibodas, 2 minggu sebelum event diselenggarakan.
          Berangkat dari Sekretariat Perimatrik pada tanggal 1 pagi ke Kebun Raya Cibodas, dan melakukan registrasi ulang dan menghadiri Tech Meet, di temani oleh official kami yaitu Abrar Firdiansyah dan Raynaldi Septian. Kami bermalam di Kebun Raya Cibodas untuk melakukan aklimatisasi(penyesuaian terhadap ketinggian). Race akan diadakan keesokan paginya tepatnya pada pukul 06.30 WIB.
          2 Juni, tibalah saat untuk berperang! Bangun jam 5 pagi, mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk lomba. Sarapan biskuit dan meminum susu, stretching dan pemanasan, juga tidak lupa untuk berdoa bersama demi kelancaran lomba. Kami menuju ke tempat start lomba, di sana sudah banyak peserta-peserta lain baik peserta lokal maupun mancanegara yang sedang melakukan pemanasan, memasang race number dan timing chip. Banyak yang membuat kami kagum di sini, seperti banyaknya peserta-peserta dari mancanegara seperti Amerika, Jepang, Singapore yang sangat antusias dalam perlombaan ini, banyak juga peserta-peserta yang umurnya tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan ada yang berumur 67! Kami merasa takjub dengan semangat orang-orang ini, yang telah memberikan kami motivasi lebih untuk menyelesaikan lomba dengan baik.
          Start lomba, kami mulai berlari sekencang-kencangnya menyusuri Kebun Raya Cibodas, melewati Telaga Biru, Panyancangan, hot water area menuju ke loop point di  Kandang Badak. Beruntung cuaca cerah sehingga jalur berbatu yang kami lewati tidak licin, namun tetap harus berhati-hati agar tidak tersandung. Ternyata dari sekian banyak peserta banyak juga yang merupakan atlet lari nasional dan juga anggota TNI. Walaupun lawan kami seperti itu, kami terus berjuang untuk finish dengan harapan mengejar catatan waktu agar tidak terlalu buruk.
          Race berakhir, ke-empat dari kami berhasil semuanya menjadi Finisher trail running 15k dalam event IVC2013. Memang, saat ini kami belum bisa naik ke atas podium. Tapi catatan waktu kami tidak terlalu buruk. Bahkan, salah satu dari kami bisa masuk ke dalam 10 besar finisher yaitu Faishal Nuruz, Agung Tri berhasil menyusul dibelakangnya dan menjadi finisher ke 13, Wima menjadi finisher ke 25 dan Afin menjadi finisher ke 31. Pencapaian yang lumayan bagi kami mengingat sukarnya medan yang dilewati, beratnya lari menaiki gunung dan perlu diingat bahwasanya IVC2013 ini merupakan event Internasional.
          Puas rasanya berhasil membawa pulang Medali Finisher dan pengalaman yang bisa di ceritakan saat pulang. Tujuan kami dalam mengikuti lomba ini selain untuk lebih memajukan organisasi dalam partisipasi di kompetisi, bahwa mendaki gunung bukan kegiatan yang tidak berguna, melainkan banyak hal-hal positif yang bisa didapatkan dari mendaki gunung, apalagi dengan cara berlari!
          AMP.8.05.BJ  

            

Minggu, 31 Maret 2013

Jalur Pendakian Gunung Sindoro Via Bansari



Jalur Pendakian Gunung Sindoro via Bansari, Temanggung, Jawa Tengah

Mendengar jalur pendakian Gunung Sindoro, mungkin langsung terlintas di benak para pendaki adalah jalur pendakian via Kledung dan jalur Tambi, Dieng. Kedua jalur tersebut adalah jalur yang sangat umum dilalui pendaki untuk mendaki Gunung dengan ketinggian 3153 mdpl ini. Jalur Kledung sering dipilih oleh para pendaki karena titik awal pendakian yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, terletak sekitar 500 m dari jalan raya Temanggung-Wonosobo. Kemudian jalur Tambi juga sering dipilih lantaran dekat dengan kawasan wisata Dieng, Wonosobo.
Dalam perkembangannya, jalur pendakian di gunung Sindoro telah bertambah. Salah satu jalur yang kami perkenalkan disini adalah jalur Bansari, Temanggung, Jawa Tengah. Terletak di Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Parakan. Mayoritas penduduk disini bekerja sebagai petani. Didukung dengan hawa pegunungan yang sejuk, daerah ini juga menjadi salah satu penghasil tembakau terbaik di Indonesia.
Pendakian melalui Jalur Bansari diawali dari basecamp KOMPAS Bansari yaitu OPA yang mengelola jalur Bansari tersebut. Kemudian tantangan dimulai ketika kita berjalan kaki menyusuri jalanan berbatu diantara rumah-rumah penduduk dan ladang pertanian yang panjang. Setelah berjuang melalui jalan berbatu, tibalah di pertigaan jalur. Dimana apabila mengikuti jalan berbatu, kita akan kembali lagi ke pemukiman penduduk. Untuk melanjutkan perjalanan, tinggal mengikuti jalur tanah yang mengarah ke atas atau ke arah barat. Di persimpangan ini juga terdapat pos 1 Sedempul, sebuah bangunan beratap yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat.
Jalur Bansari mempunyai 6 pos. Yaitu Pos Sedempul, Turunan, Tunggangan, Saoma, Mlelan, dan Manisrejo.
Untuk gambaran umum jalur, dari pos Sedempul ke pos Tunggangan merupakan hutan milik perhutani. Kemudian dari pos Tunggangan ke pos Saoma merupakan daerah hutan lindung. Antara pos Saoma dan pos Mlalen adalah perbatasan antara hutan lindung dengan padang sabana, jadi masih ada sedikit pohon disana. Dan dari pos Mlalen ke pos Manisrejo terbentang hamparan padang rumput dan di tumbuhi banyak tanaman edelweis.
(Time rundown antar pos)
Adapun beberapa kelebihan dari jalur bansari ini adalah:
-       Adanya sumber mata air di pos Tunggangan dan pos Saoma.
-       Hutan yang masih cukup lebat dibanding jalur pendakian Gunung Sindoro yang lain.
-        Jalur yang relatif landai.

Sumber mata air di pos Tunggangan, berjarak sekitar 200 m ke arah utara dari bangunan pos. Merupakan jalur sungai yang penuh dengan air di musim hujan(April 2011). Apabila di musim kemarau, tidak ada air mengalir di sungai tersebut, akan tetapi setelah menjumpai bekas aliran tersebut, berjalan kakilah sedikit ke atas mengikuti bekas aliran. Terdapat jumlah air yang lumayan banyak untuk disimpan sebagai persediaan (Juli 2012).
Kemudian menurut info dari pihak KOMPAS Bansari, terdapat pula air di sisi utara pos Saoma. Berjalan menurun sekitar 200 m. Untuk ketersediaan, musim penghujan maupun musim kemarau masih dapat dimanfaatkan(2012).
Akses menuju titik awal Pendakian:

Gambaran Umum Letak Parakan

Menggunakan Transportasi Bus
Dari Bandung:
Bis ‘Budiman’, ‘Sinar jaya’. Jurusan Wonosobo.
Harga tiket: Rp. 60.000(Sinar Jaya)
              Rp. 70.000(Budiman)

Bis dari Bandung-Purwokerto-Parakan.
Bis AC jurusan Bandung-Purwokerto: Rp. 50.000,-
Bis Ekonomi Jurusan Purwokerto-Semarang(turun Parakan): Rp. 25.000,-

Dari Jakarta:
Bis ‘Sinar Jaya’, ‘Pahala Kencana’, ‘Malino Putra’. Jurusan Wonosobo.

Dari Wonosobo, naik bis sedang jurusan Wonosobo-Magelang,atau Wonosobo-Sukorejo. Turun di Parakan. Rp.7000,-

Dari Jogjakarta, turun di Secang, oper bis jurusan Wonosobo/Purwokerto. Turun Parakan.
Dari Semarang, naik Bis Jurusan Semarang-Purwokerto. Turun Parakan.

Angkutan alternatif:
Bis sedang jurusan Magelang-Wonosobo, turun Parakan. Rp 8.000,-
Bis sedang jurusan Ambarawa-Parakan.

Menggunakan Transportasi Kereta
Dari stasiun Lempuyangan/stasiun Tugu Yogyakarta, naik Trans Jogja ke Terminal Giwangan. Naik bis jurusan Semarang. Turun di Secang. Oper bis ke arah Parakan/Wonosobo/Purwokerto.

Peta Akses Dari Parakan ke Bansari



Tiba di Parakan, anda dapat berbelanja keperluan logistik di Pasar Parakan.
Untuk menuju ke basecamp pendakian jalur Bansari, anda dapat menggunakan jasa Angkutan Desa atau Ojek.
Angkutan Desa dan Ojek tersedia di pertigaan antara Terminal dan Pasar Parakan.
Untuk angkutan desa, Rp. 3.000 – Rp 5.000.
Untuk Ojek, Rp. 6.000 – Rp 7.000.

Turun di Masjid Banaran. Berjalan naik sekitar 100m ke arah barat. Di sebelah kanan jalan ada basecamp pendakian Gunung Sindoro. Untuk Informasi pendakian, dapat menghubungi mas Gondez Kompas(085292113893).

Dokumentasi:
Pesona Sumbing Dari Sindoro


Abud
P.VI.008.049.PR

Rabu, 27 Maret 2013

Pendakian Massal PERIMATRIK 2013


Bersua Berlatar Lembahan Edelweiss Papandayan


PERIMATRIK??????   LIIIAAAAAARRRR!!!!
SALAM RIMBA????    LESTARIIIII!!!!!

Pekikan jargon tersebut menambah semangat para peserta pendakian massal PERIMATRIK yang sedang bersiap di kelas dasar H gedung A Kampus IM Telkom. Menjelang keberangkatan ke kota Garut, para peserta sedang sibuk packing dan membagi barang-barang bawaan dengan anggota kelompoknya. Sekitar pukul 03.30, rombongan berangkat ke kota Garut dengan menggunakan bis sewaan.

Jalanan masih lengang dan mataharipun masih malu menampakkan sinarnya ketika rombongan tiba di daerah Cikajang, Garut, Jawa Barat. Perjalanan kemudian diteruskan dengan menggunakan kendaraan pick-up sampai di titik awal pendakian.

Setelah melakukan regristasi dan pemanasan, para peserta kemudian diberangkatkan dengan sistem 2 kloter pemberangkatan. Perjalanan diawali dengan pemandangan tebing batu yang menjulang di sisi jalur. Sungguh pemandangan yang eksotis. Belum selesai dipuaskan oleh pemandangan tebing, landscape perbukitan dan kawah menyambut para peserta pendakian.

Melewati punggungan, lembahan, sungai, dan jalur yang menanjak, akhirnya rombongan tiba di pos Pondok Salada. Hamparan tumbuhan edelweiss sudah bisa ditemui disini, walau sedikit yang menampakkan bunganya. Di Pondok Salada inilah semua panitia dan peserta mendirikan tenda serta sebagai pusat acara pendakian massal kali ini.


camp

Pada malam hari diadakan acara api unggun di tengah lingkaran tenda. Selain perkenalan dari panitia dan peserta, acara juga dimeriahkan dengan games serta pembagian doorprize. Setelah acara api unggun selesai, peserta dikomando untuk segera beristirahat karena esok paginya akan melanjutkan perjalanan ke Tegal Alun.


Pukul 04.00, para peserta dibangunkan untuk melakukan perjalanan ke Tegal Alun serta melihat sunrise. Tegal Alun merupakan lembahan luas yang dipenuhi oleh tumbuhan edelweiss. Pemandangan yang ditawarkan tidak kalah dengan pemandangan di Pondok Salada. Edelweiss disini lebih rapat dan lebih banyak yang bermekaran. Setelah sampai di Tegal Alun, para peserta melaksanakan games yang diadakan oleh panitia yaitu lomba memasak antar kelompok. Cuaca yang cerah turut memeriahkan acara ini.

Lomba Masak

Peserta di sela edelweiss

Dari Tegal Alun, semua kembali ke Pondok Salada untuk bersiap melanjutkan perjalanan pulang. Setelah packing, membersihkan sampah di sekitar tenda, serta pembagian doorprize, semua peserta beserta panitia beranjak turun meninggalkan Pondok Salada.


Sekitar pukul 6 sore, rombongan telah menaiki bis untuk kembali ke kota Bandung dengan membawa kenangan, pengalaman serta kawan-kawan yang baru.

Pendakian Bersama PERIMATRIK.....  Yoowwmmann Gak Niihh???!!



Abud
P.VI.008.049.PR

Pages